Nanti kalo dingin udah ga enak..

Pernyataan dari judul tersebut diats kerap kali kita dengar saat kita akan makan. Mungkin beberapa dari kalian setuju tapi tidak berlaku buat gw yang selalu menyangkal hal tersebut.

Mulanya penyangkalan gw hanyalah masalah selera.. suka atau tidak suka yang dimiliki setiap individu sebagai hak asasi dan tak dapat lagi gw jabarin ataupun gw argumen-kan tentang hal itu yang tentunya membuat gw menelan kekalahan publik,,, ya gw namakan kekalahan publik dimana suara kita kalah akan suara terbanyak.. haha maaf bila sebenarnya ada kata lain yang lebih tepat, gw hanya tidak atau belum menemukan padanan akan kata tadi…

Lalu mulanya lagi nih gw hanya dapat merasakan makanan dingin itu lebih terasa bumbunya, lebih terasa asinnya, dan pedasnyapun tidak menghentikan denyut jantung sepersekian detik seperti kala makanan panas itu dimakan. Makanan panas hanya menyisakan aroma menggugah yang digandeng oleh uap yang terlihat mengepul menghampiri hidung kita, lebih cepat tentunya dibanding makanan dingin yang harus kita hampiri aromanya lewat hidung yang nyaris menyentuh piring, mangkok, atau apapun tempat saji hidangan.

Mulanya..mulanya dan mulanya tapi kian kemari marilah kemari hei hei hei hei.. hei kawan gw makin menerka2x dibalik penyabab pelencengan gw tentang paradigma ”dingin tak enak” itu, tentunya secara psikologi sotoyisasi untuk fun. Penyebab pertama sebuah pengetahuan biologi yang ge terima saat SD, yaitu saat kita menghembuskan napas maka karbon dioksidalah yang kita keluarkan dari hidung kita. Karena hal tersebut gw jadi kerap kali menunggu makanan dingin tanpa ingin meniup makanan panas yang mungkin akan membakar lidah saat melahapnya. Dan ini menjadi kebiasaan.

Penyebab kedua mungkin saat siapapun itu mengajak gw makan dan gw sedang asyik melakukan hal lain serta berlama-lama tak kunjung datang akan ajakan tersebut orang yang mengajak gw tersebut mengeluarkan ”peringatan kognitif” dengan harapan gw segera mendatangi ajakan tersebut. Peringatan kognitif itu tak lain pernyataan ”nanti kalo dingin udah ga enak”. Tapi gw men-deny.. keasyikan yang sedang gw lakukan terlalu mengasyikan bila diganggu. Dan mungkin hal itu terjadi berulang-ulang hingga gw berfikir ”toh kalo dingin makanan juga masih enak”

Kemungkinan penyebab.. kemungkinan dan kemungkinan tapi kian kemari marilah kemari hei hei hei hei.. hei ayooo donk kesini dooooonk pliz deh gw menemukan suatu teori baru.. lewat ergo2x.. dan tak pelak lagi lewat sotoi markotoi juga sih..

Bahwa:

Makanan panas selalu terasa enak serta menggugah selera, selalu bernilai satu.

Makanan yang tadinya panas dan enak bila dingin menjadi berkurang nilainya oleh rasa penyesalan tidak melahapnya kala panas.

Tapiiiii… makanan yang tadinya panas dan enak bila dingin tetap terasa enak berarti makanan tersebut memiliki tambahan nilai..

Horeeeeee!! Oleh sebab itu bila kalian ingin merasakan kenikmatan sejati dari sebuah makanan lahaplah setelah dingin. Dari sana kalian akan tau makanan tersebut hanya bernilai satu atau lebih ^_^

0 comments:

About Me

My photo
anak tunggal lekat dengan orangtua ~ ibu menyusui ~ estri sayang suami ~ psikolog muda

cLock

Followers


Template Brought by :

blogger templates